PIRING-piring lekati telapak tangan. Gerak rancak penari iringi alunan musik telempong dan saluang. Elok dan elegan. Pertunjukan tari piring di stasiun televisi nasional itu mengembalikan kenangan. Raina tersenyum dan selaksa kisah menari-nari dalam kerinduan.
Sebenarnya
tak ada darah Padang yang mengalir di tubuh Raina. Semarang adalah kota kelahiran.
Sebab tugas Ayah, Raina yang saat itu berumur tiga tahun diboyong ke sana.
Namun, bagi Raina, Padang adalah tanah jiwa. Di kota Gadang dia merasakan
keceriaan masa kecil hingga remaja. Kalau ada yang bertanya, pilih Padang apa Semarang? Jawabnya
lantang, Padang kota tercinta.
Suara
ingar adik-adik yang bermain di beranda rumah diacuhkannya. Mata Raina terus
saja mengiringi gerak penari. Setoples kacang goreng dan teh hangat menemani. Ketika
anak gadis lain asyik menonton acara musik di televisi swasta, Raina malah
semakin pukau oleh salah satu budaya Nusantara itu.
“Na,
beneran kamu mau ke Padang liburan nanti?” tanya Lisa, sahabatnya.
“Semoga
lain kali kita bisa liburan sama-sama. Aku ingin mengenalkanmu dengan ranah
Minang yang permai. Melihat jam Gadang. Melintasi Jembatan Siti Nurbaya. Duh,
nggak sabar....”
***
Ya, Tuhan, Padang masih
saja elok seperti dulu, benak Raina. Matanya tak berkedip
memandangi Jam Gadang. Dia teringat sanggar tari tempat dulu berlatih menari
piring. Raina langsung menelusuri jalan menuju sanggar. Tampak anak-anak lincah
menari. Bayangan dirinya beberapa tahun lalu tegambar jelas. Sepulang sekolah
langsung menuju sanggar. Tanpa pernah lelah dan bosan. Tak sadar, Raina
mengikuti gerakan anak-anak itu. Dua buah piring di tangan dan alunan musik
yang menawan. Gerakan tubuh Raina semakin rancak dan memikat.
“Raina,
oooiii! Kenapa kamu senyum-senyum sambil goyang tangan begitu?” sentak Lisa.
“Kamu
nyusul aku ke Padang?!! Sama siapa?”
“Mimpi,
ya?” Lisa tertawa. Raina bengong. Televisi masih menyala menayangkan tarian
daerah lainnya. Chanel yang sama
dengan tayangan acara tari piring sebelumnya.
“Padang
kota tercinta,” katanya tersenyum malu.
Bjm, 310513
Bjm, 310513
Tidak ada komentar:
Posting Komentar