Kampung mati. Tanah kerontang dan rumah-rumah kosong. Semua penduduk mengungsi ke kota karena alam tak bisa lagi dimanfaatkan.
Aku menelusuri jalanan, berharap ada tumbuhan atau apa pun yang bisa dimakan. Hingga di sebuah gubuk, terdengar rintihan. Kubuka pintu lapuknya. Di atas lantai tanah, anak-anak kucing menggeliat.
"Satu, dua, tiga... delapan ekor!" pekikku. Bahagia, takjub, dan heran campur aduk.
"Kau heran tidak ada induknya?" tanya seorang kakek dari belakangku. "Induk-induk kucing ikut majikan mereka ke kota," lanjutnya.
Kakek tua itu bakal mengurangi jatahku. Aku kira sudah tak ada orang.
"Kau lapar, bukan? Aku empat. Kau empat...," ucapnya sembari mengangkat anak-anak kucing.
Bjm, 250215
sumber gambar: Google.
sumber gambar: Google.
Kamu kesini aja yaaahhh...jangan diapa apain dah tuh kucong2..kasian bookkkk...
BalasHapusTwistnya dapet :)
Kasian... entah kenapa jd begini ending-nya. :D Makasih, udah mampir, ya, Inda...
HapusWehhh ini makan kucing?? -___-' ewww
BalasHapusMau minta jatah, gak? :v Makasih udah mampir, Widiarsa... :)
HapusIyuhhhh. Kucingnya :'(
BalasHapusMbak Carra... ^_^ :(
HapusAstagaaaa ;(
BalasHapusMakasih udah mampir, chiemayindah.... ;)
Hapus