(sumber: Google) |
KETIKA kedua orangtua bertengkar di depan anak-anak, jangan pernah berpikir mereka hanya boneka yang tidak bisa mengerti pembicaraan orang dewasa. Jangan pula menganggap tidak akan ada efeknya. Sungguh itu anggapan yang salah besar! Anak juga manusia, punya hati punya rasa.... Aih, jadi nyanyi, deh. -_- Saya kadang kesal tingkat dewi tercantik di kamar sendiri menyaksikan pertengkaran orangtua di depan anak-anak. Anak-anak memang melongo saja, tapi mereka punya sistem memori yang fresh dan canggih. Mereka menyimpan segala hal yang mereka lihat dengan sangat rapi, lalu mereka ingat dan aplikasikan dalam keseharian mereka. Oleh sebab itulah, banyak ahli pendidikan berpendapat, pendidikan pertama dan utama adalah keluarga. Ya, bermula dari keluarga.
Pertengkaran orangtua tidak hanya adu piring ataupun adu jotos (Itu, mah, tukang cuci piring lagi main tinju. Pletak!). Ini dia fokus yang saya tegaskan di sini. Pernahkah kita melihat orangtua adu mulut saat menegur anaknya yang melakukan kesalahan? Misal, si ibu menasihati anaknya yang melakukan salah, tapi si ayah membela. Selanjutnya ayah dan ibu adu mulut di depan anaknya mengenai apakah anaknya itu salah atau tidak. Niatnya bagus, tapi caranya jelas keliru banget. Berusahalah kelihatan kompak di depan anak-anak, apalagi saat menasihati anak-anak. Apa tidak boleh berbeda pendapat? Jelas boleh banget. Hanya saja, harus dipikirkan akibatnya. Apabila kedua orangtua menampakkan perbedaan pendapat, ada beberapa kemungkinan buruk yang bakal terjadi. Pertama, anak merasa tidak salah karena ada yang membela. Kedua, kemungkinan anak lebih mendengarkan orang yang membelanya dan mengabaikan orangtua yang menasihatinya.
Menahan diri dan komunikasi adalah solusi ketika orangtua berada dalam kondisi seperti di atas. Menahan diri untuk tidak merasa "paling benar", menahan diri untuk tidak menampakkan "ketidakkompakan" di depan anak-anak, dan komunikasikan dengan dada yang lapang. ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar