Tak ada yang menjawab. Bapak sibuk menggali sumur yang dua bulan ini tak melahirkan titik-titik air. Ibu asyik menadah air matanya dengan selendang kubas, lalu memerahnya ke gelas.
"Surga di mana, Tuhan???"
Apakah aku punya Tuhan? Apakah Tuhan seperti mata air? Langka dan dinanti makhluk. Hei, tunggu, jika aku termasuk makhluk, siapa penciptanya? Tuhan juakah yang ciptakan surga? Ah, aku adalah anak hujan yatim piatu. Hujan adalah adalah Tuhanku sekaligus ibu-bapakku.
Air mata Ibu kering. Sumur semakin dalam, Bapak tak tampak ubannya.
"Aku melihat surga di jalanan, Bu, di antara laju mobil-mobil mewah. Aku melihat hujan...."
Bjm, 040315
sumber gambar: Google
Diksi keren. Suasana surreal sudah cukup.
BalasHapusAlurnya aja yang perlu dirapiin dikit lagi :)
Makasih, Mbak Carra. ^_^
HapusKakak... aku mampiiir! :)
BalasHapus