MINGGU
17 Mei 2015, Stadion Mandala Krida Yogyakarta bernuansa hijau. Perpolitikan
masakan sedang berlangsung panas (halah!). Daripada pusing memikirkan cuaca
politik negara ini, mending memanjakan perut yang sedari pagi sengaja tidak
diisi. Bango, kecap andalan keluargaku, benar-benar memanjakan lidah para
pengunjung. Berbagai makanan dari Sabang sampai Merauke disajikan gratis, tapi
bayar. :v
Menu makanan dari camilan seperti getuk
goreng hingga berbagai makanan berat tersedia lengkap. Heran, pembukaan aja
belum, tapi pengunjung sudah membeludak memenuhi meja makan yang disediakan.
Karena memang sedang lapar, aku berencana memakan makanan berat dulu. Bebek
kaleyo menyambut kedatanganku. Aku pencinta bebek. Tapi, aku perlu taktik biar
bisa menyantap makanan lain. Menyantap bebek porsi jumbo itu bisa-bisa perutku
bakal kekenyangan. So, dadah, bebek! Hiks....
Aku melihat berbagai menu masakan di
sebelah kiri pintu masuk (sebagai pendatang dari Banjarmasin, aku buta arah mata
angin). Stan pempek berbagai merek, sate padang, dan lain-lain deh, diserbu
pembeli. Hadeeeh..., meja penuh! Baru jam setengah sepuluh. Sudah lama aku
nggak makan empek-empek, jadi aku ikut antrean pembeli. Ternyata, saudara,
empek-empeknya habis. Tersisa cuma tekwan. Tengok stan sebelah, antreannya
nau'udzubillah. Okelah, tekwan juga boleh. Sama-sama enak dan maknyus ala Pak
Bondan.
Seporsi tekwan seharga 10 ribu rupiah.
Cukup mengisi perut yang kosong. Cukup? Aih, entahlah kenapa perutku hari itu
lain dari biasanya. Penginnya diisi lagi dan lagi. :D Mulailah bergerilya
kembali. Nggak ketinggalan kamera handphone jepret sana jepret sini.
Sssttt..., sebenarnya lebih banyak beraksi jepret-jepret daripada makan. Dua
rius!
Tekwan |
Dari kejauhan, aku melihat stan R.M.
Kaganangan. Pasti ini yang jual orang Banjar. Nggak salah lagi, deh! Tapi,
betapa hatiku begitu pilu, yang dijual cuma soto banjar (soban). :( Padahal,
tadi ngebayanginnya ketupat kandangan atau nasi kuning sambal habang tersaji di
sana. Maaf, soban, aku nggak bisa maksain diri buat suka sama kamu. Sekali lagi
maaf.
"Pak, kenapa cuma jual soto
banjar?" tanyaku sama penjualnya.
"Bolehnya satu menu aja,"
jawab bapak itu.
Soto Banjar |
Aku kembali menyusuri jalanan yang
penuh kampanye aroma. Abaikan abaikan! Pilihlah caleg yang benar-benar tulus
dan nggak bikin kantong terkuras. Ups! Bicara apa aku ini. Gini, lho, saudara,
taktikku cuma nyari makanan yang harganya sepuluh ribuan dan belum pernah aku
makan. Kasihan, ya....
Sampai di ujung barisan stan, aku
mencium aroma kurang nyaman. Tutup hidung, lanjut jalan! Gila, benar-benar raja
buah itu durian. Bejubel pembelinya di stan es krim durian! Sama sekali aku
nggak tertarik. Aku mah udah punya kebun durian sendiri (katanya) dan udah
bosan. Aku mah gini orangnya. -_-
Makanan bali, nasi kuning ternate,
lontong... ah, udah pernah kumakan. Nah, ini nemu yang sepuluh ribu dan belum
pernah kumakan. Iwak pari penyet! Menunya mah biasa aja, tapi pedas dan rasanya
luar biasa! Tekstur daging parinya dicampur dengan sambel penyet dengan aroma
jeruk dan kemangi benar-benar bikin berdesis-desis
dan kipas-kipas lebay. Untunglah, di sebelah meja ada air putih dan es yang
disediain gratis.
Iwak pari |
Kembali bergerilya sembari komat-kamit
membaca ajian tolak makan. Perut udah full! Tapi, mata jelalatan aja pengin
ini, pengin itu. Hadeeehhh.... Makan tanpa camilan, nggak sah, dong. Akhirnya
aku beli sebungkus getuk goreng seharga sepuluh ribu. Ada testernya, lho. Aku
coba satu, wih enak! Coba aja bisa coba satu piring itu. Maruuukkk! :v
Sambil jalan, aku melewati sebuah stan dessert.
Rencana mau beli sebagai penutup yang menyegarkan. Apa yang terjadi? Sold
out, saudara-saudara! Padahal, baru jam sepuluh lewat.
"Nunggu dikirim, Mbak," ucap penjaga stan.
"Emang di mana kafenya,
Mbak?" tanyaku.
"Di Jalan Monjali. Bla bla
bla...." Dia menjelaskan info berbagai menu pilihan di kafenya.
Sip! Semua udah beres. Perut kenyang,
mata pun kenyang. Saatnya pulang. Di stan paling depan, ramai terdengar suara
MC memandu acara pembukaan kuliner Bango tahun ini. Gila, ya, pembukaan belum
kelar, aku udah kenyang. Eh, bukan aku aja, lho. Bejibun tuh! #tunjuk
kerumunan.
Di depan stan Kampung Bango, sebuah stan
yang berisi bahan-bahan pembuatan kecap Bango dan simulasi cara pembuatannya,
aku berdiri melihat MC berbincang dengan Nuning Wahyuningsih, Senior Brand
Manager Kecap Bango produksi PT Unilever Indonesia Tbk. Dia menjelaskan tentang
kedelai hitam malika. Bagi yang pernah lihat iklan kecap Bango, pasti tahu.
Kedelai hitam malika adalah kedelai hitam bahan baku asli pembuatan kecap
Bango. Kedelai ini kedelai varietas unggul yang ternyata hasil rekayasa pakar
pertanian Universitas Gajah Mada pada tahun 2002. Kedelai ini banyak ditanam
para petani Yogyakarta. Jadi, bahan baku kecap Bango benar-benar produksi
negeri sendiri, bukan impor! Mantap!
"Ayo, para media bisa maju. Foto
aja lebih dekat," kata MC.
Di sampingku, berdiri para insan media
dari berbagai kalangan. Mereka berkalungkan surban, eh, tanda pengenal media.
Aku pasang tampang cuek dan sok ikut jepret-jepret di dalam stannya. Aku, kan,
orang media juga, media Facebook. :v
MC mengajak ke stan sebelah. Ada meja
besar dan dipenuhi berbagai menu makanan. Pertama masuk tadi sudah sempat
lihat, sih. Nah, aku baru ngeh kalau makanan-makanan itu cuma replika makanan
se-Nusantara yang terbuat dari lilin. Di samping meja replika makanan-makanan
itu, dipajang beberapa buku "langka" tentang kuliner.
Bahan pembuatan kecap bango: kedelai hitam malika, aren, air, dll.... |
Kedelai hitam malika |
Replika masakan Nusantara |
Karena aku orang baru di kota
pendidikan ini, aku belum hafal jalan dan masih bingung. Seharusnya belok kiri
menuju halte, aku malah belok kanan. Aku pikir haltenya jauh dari halte aku
datang tadi. Ternyata berseberangan. Itu pun setelah nanya ke penjual es oyen.
Sssttt..., aku beli semangkuk es oyen, lho. Lima ribu doang. Benar-benar,
deh, perut karet!
Semoga nggak ketiduran di bus.
Hohoho....
Salam kuliner!
Jogja, 220515
Jogja, 220515
wah uda lama bgt ini, dulu saya jd tim cuci piring ikut freelance eo 9com waktu masa kuliah di jog, sungguh banyak kenangannya😃
BalasHapus