Terkadang kita perlu memojokkan diri untuk lebih banyak mendengar, lalu menuliskan apa yang kita ketahui.
Kamis, 02 Juli 2015
Bertanya, Mendengar, dan Berkomunikasi
Keponakanku bercerita tentang aktivitasnya di sekolah TK.
"Mama Acil, si Fulan nakal, deh." Fuza mulai bercerita.
"Nakal kenapa?" tanyaku santai.
"Masa dia mukul Dede." Fuza menyebut adiknya, Safa. Mereka berdua bersekolah di TK yang sama.
"Kok bisa dia mukul Dede? Memang kenapa? Udah sering?"
"Iya, berapa kali, ya.... Lupa," jawab Fuza.
Berceritalah Fuza dari A sampai Z. Andai aku orang yang cuma memakai satu telinga, mungkin saat itu juga emosiku mendidih. Oi, ini keponakanku kamu apain? Kira-kira begitu, ya,dramanya. Hohoho....
Aku tahu Safa seorang anak yang pembosan dan kadang suka mengganggu kesibukan orang. Biasalah, kerewelan anak kecil. Aku bertanya ke adikku yang sehari-hari mengantar mereka ke sekolah. Jawabannya, Safa memang sering dipukul si Fulan karena Safa suka ganggu. Terus terang aku tidak puas dengan jawaban adikku. Standar "mengganggu" menurut adikku itu rendah. Aku tahu, kadang dia sangat tidak adil dalam menyikapi kenakalan Fuza dan Safa. Cara dia menyikapi kerewelan Safa dengan Fuza berbeda. Apa pun bentuk kerewelan Safa, selalu saja dimarahinya. Jika Fuza yang "banyak tingkah", selalu dia bisa menoleransi. Entah sudah berapa kali adik bungsuku itu aku kasih tahu, bahkan aku omelin. Tidak bisa kita bersikap begitu kepada anak-anak.
Akhirnya, aku bertanya ke Safa langsung.
"Si Fulan sering mukul Dede?"
"Iya."
"Kapan?"
"Kemarin."
"Udah sering?"
"Nggak ngehitung."
"Kenapa jadi dipukul? Dede sering ganggu?"
"Nggak. Tiba-tiba aja dia mukul. Kadang nyubit juga."
"Dikasih tahu nggak ibu gurunya?"
"Sudah. Sering dimarahin ibu guru."
Dua sumber dengan info yang berbeda. Aku perlu sumber lagi. Mau tidak mau aku telepon ibu gurunya. Dapatlah jawaban yang pasti. Safa benar-benar tidak pernah mengganggu. Si Fulan yang memang agak sulit ditegur dan usil. Lagi-lagi, biasalah kerewelan anak kecil....
Begitulah.... Kita perlu banyak mendengar dan bertanya. Kita perlu banyak menelaah dari berbagai sumber, baru menyimpulkan sesuatu. Bila emosi tersulut, api bakal sulit dipadamkan, saudara! Bila kau bukan orang yang terlibat langsung pada permasalahan itu, bersikaplah dengan bijak. Mendengar, bertanya, dan berkomunikasi adalah satu paket.
Jogja, 010715
Sumber gambar: http://assets-a2.kompasiana.com/statics/crawl/555fa96b0423bda4128b4567.jpeg?t=o&v=760
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Setuju bangat Mba Edib, harus mendengarkan, bertanya dan berkomunikasi terlebih dahulu untuk menyimpulkan sesuatu permasalahan.
BalasHapusSemoga si Dede tidak lagi dijahilin sama si Fulan itu... Aamiin :)
amiiin... mkasih, awan. :)
HapusSemua hal selalu memiliki dua sisi.
BalasHapusbetul, wid. jgn sampai kita dibutakan oleh satu sisi. :D
Hapus