Aku seorang
pencinta masakan kampung khas Indonesia. Berbagai menu makanan berbahan dasar
nasi, lontong, dan ketupat, sudah pasti menjadi menu favoritku. Karena
aku urang Banua asli, jelas aku sangat mencintai makanan khas
Banjar. Salah satu makanan paling favorit adalah ketupat Kandangan.
Ketupat
Kandangan adalah masakan primadona di Kalimantan Selatan. Kekhasan ketupat ini
terletak pada kuah santannya yang kental dan ikan gabus asap. Kandangan sendiri
berasal dari nama kota di Kalsel, yaitu nama ibu kota Kabupaten Hulu Sungai
Selatan. Jadi, secara khusus, makanan ini adalah makanan khas Hulu Sungai
Selatan. Bila Anda berkunjung ke Kalsel, jangan lupa berkunjung ke Kandangan.
Warung makan yang menjual ketupat Kandangan sangat banyak dari pertama memasuki
kota Kandangan. Bahkan, di luar Kandangan juga banyak warung yang menjualnya,
khususnya di Banjarmasin.
Aku lahir
dan besar di Banjarmasin. Namun, kedua orang tuaku asli Kandangan. Sejak tahun
1972, setelah punya satu anak, Mamak dan Abah hijrah ke Banjarmasin. Meskipun
begitu, aku dan keluarga sering mudik ke kampung halaman. Dalam hal
masak-memasak, Mamak memang jagonya, apalagi memasak ketupat Kandangan. Sempat
Mamak menerima pesanan ketupat Kandangan, tapi tidak diteruskan karena cukup
menguras tenaga. Ketupat Kandangan olahan Mamak selalu dicari-cari saat
Lebaran. Saat Lebaran tahun kapan, lupalah aku, Mamak tidak membuat ketupat
Kandangan. Beberapa tamu bertanya, "Kok nggak ada ketupat?" Gubrak!
Lebaran saat itu kami, anak-anaknya, menyuruh Mamak tidak usah memasak karena
Mamak kecapekan sehabis sebulan penuh memasak buat buka puasa di langgar.
Memasak
ketupat Kandangan memang lumayan ribet. Membuat urung ketupat dari daun
kelapa, membersihkan ikan dan membakarnya, membuat bumbu kuah santan, hingga
membuat sambal terasi. Memang, sih, urung ketupat (apa, sih, bahasa
Indonesia urung?) bisa beli yang sudah jadi. Tapi, jika membuat ketupat
Kandangan dalam porsi banyak, itu sangat mahal dan pemborosan. Biasanya Abah
mendapat daun kelapa yang masih muda dari tetangga atau keluarga yang punya
banyak pohon kelapa. Pohon kelapanya yang kecil, lho. Tenaga mengayam daun
kelapa pun banyak, yakni tetangga dan saudara-saudaraku. Sssttt, aku mah
pemerhati saja. Sudah sering diajari mengayam sama Mamak, tak pernah bisa.
Sungguh terlalu!
Ini dia namanya ikan haruan atau ikan gabus (sumber: http://umpanmancingikan.blogspot.co.id/2014/11/umpan-jitu-mancing-ikan-haruan-ikan.html) |
Bagian
kerjaan yang paling melelahkan adalah menyiangi iwak haruan (ikan gabus) dan
mengasapinya. Asapnya bikin perih mata dan badan panas keringatan. Biasanya ini
kerjaannya Abah. Sesekali Mamak dan aku membantu Abah.Yah, lumayan jadi tukang
kipas-kipas. :D Namun, sekarang ada lebih praktis. Sejak dua tahun lalu, kami
memesan iwak haruan yang sudah diasap dan siap pakai. Harganya tidak mahal.
Sangat sesuai dengan proses dan hasilnya.
Kami selalu
beli di penjual ikan gabus di Pasar Cindai Limpuar, Gambut. Selain menjual ikan
segar, acil penjual iwak gabus itu juga menjual ikan gabus yang sudah
digoreng dan dibakar. Lebih praktis, hemat tenaga, dan bumbunya sesuai dengan
resep Mamak. Resep Mamak? Memang beda dengan resep lain? Ya, bedalah. Bahkan, beda
dengan resep ketupat Kandangan ala almarhumah Uwak, kakak Abah. Sini aku
bisikin rahasianya. Ini kata Mamak, lho, jangan pernah memakai kunyit di bumbu
baceman ikannya, juga di bumbu kuah santannya. Gitu doang. Nah, ini bikin aku
enggan menyantap ketupat Kandangan ala almarhumah Uwak. Dia memakai kunyit,
baik ikan maupun kuahnya.
Santan
kelapa? Ini lebih gampang lagi. Tinggal beli kelapa yang sudah diparut. Bahkan,
sekarang ada alat pemeras kelapa di penjualnya. Tinggal minta peras dan
tentunya dengan harga yang berbeda. Tapi, Mamak tidak mau pakai alat peras itu.
Rasanya beda, kata Mamak. Kalau mau pakai santan kelapa instan juga boleh.
Tapi, ya, sensasi kenikmatannya jelas beda jauh.
Bicara
tentang resep bumbunya, duh, aku jadi galau. Mamak selalu memasak dengan hati
dan perasaan. Ceileeeh.... Aku dan kakak juga begitu. Jika ada yang bertanya
berapa ukuran bumbunya, kami bingung menjawabnya. Dikira-kira saja sepenuh
perasaan. Hadeh! Okelah, aku tuliskan resepnya. :D
Kepulanganku bulan puasa kemarin, disambut ketupat buatan Mamak. ^_^ |
Bumbu
bacem iwak haruan:
- Bawang
merah
- Kemiri
- Asam kamal
alias asam jawa
- Garam
Semua diulek,
campur bumbu ke ikan gabus yang telah dibersihkan. Diamkan sekitar 15 menit
sebelum diasap/dipanggang.
Bumbu
kuah santan:
- Bawang
merah
- Kemiri
- Jahe
- Laos atau
lengkuas
- Kencur
(porsi kencur lebih banyak daripada bumbu lain)
- Serai
- Garam
- Kayu manis
Sebelum
semua bumbu dihaluskan (kecuali kayu manis), sebaiknya digoreng dulu. Ini resep Mamak biar
rasanya maknyus. ;) Lalu, ditumis dengan sedikit minyak goreng. Masukkan bumbu,
kayu manis, dan ikan gabus ke kuah santan yang sudah mendidih.
Makanan
Indonesia tanpa sambal, rasanya pasti kurang, ya. Ini dia resep sambal khusus
ketupat Kandangan.
Bahan sambal
terasi:
-
Bawang merah
-
Cabe rawit
-
Binjai atau belimbing wuluh. (Banyak
yang bilang binjai itu sama dengan buah kemang, padahal berbeda. Cuma satu
kerabat. Baca di https://id.wikipedia.org/wiki/Kemang)
-
Terasi
-
Garam
-
Gula
Bawang merah
dan cabe rawit ditumis utuh. Diulek dengan terasi dan buah binjai (bisa juga
belimbing wuluh). Jangan lupa pakai garam dan sedikit gula. Tambahkan kuah
ketupat Kandangan ke sambalnya.
Kok tidak
ada penyedap? Ya, benar! Resep ini tanpa penyedap MSG apa pun. :)
Cara
mengisi beras ke urung ketupat dan merebusnya.
Nah, ini
juga kekhasan ketupat Kandangan. Cara memakannya adalah dengan tangan, tidak
pakai sendok. Ya, sah-sah saja sih kalau mau pakai sendok. Tapi, gimana
gitu.... :D Tidak seperti ketupat jenis lain yang agak lembek dan padat isinya,
ketupat Kandangan harus lebih karau atau gampang dihancur. Beras yang
diisi harus lebih banyak dan jangan pakai beras pulen. Jadi, ketika kita
memakannya, ketupat akan hancur dan tercerai-berai seperti nasi. Kalau hatiku
dan hatimu tetap menyatu selamanya. Duh duh…. :p Ingat, berasnya harus
dicuci bersih dan ditiriskan dulu sehingga tidak mengandung air ketika diisi ke
urung ketupat.
Merebusnya
sebentar banget. Didihkan air, lalu masukkan ketupat yang sudah diisi beras.
Tunggu lima belas menit, matang, deh! Diamkan sebentar, minimal 5 menit, baru
ketupatnya bisa dipotong. ;)
Tumben
Edib posting resep makanan? Ya, kangen masakan kampungku, lah…. Hohoho!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar