Ilmu parenting tidak
hanya berlaku bagi seseorang yang sudah berkeluarga, melainkan untuk semua
orang, termasuk seorang single seperti saya. Ya, jelaslah, sebagai seorang
perempuan dan calon ibu (uhuk!), wajib hukumnya mempelajari ilmu tentang
pendidikan anak. Seorang ibu yang pintar akan menghasilkan generasi yang cerdas
pula. Iya toh? ;)
25 Oktober 2015, untuk
pertama kalinya saya menghadiri seminar parenting, memenuhi undangan seorang
sahabat blogger, Mak Ida Nur Laila. Beliau adalah seorang pakar parenting,
trainer, blogger, writer, dan tentunya ibu rumah tangga yang cerdas mengasuh
anak-anaknya.
Seminar bertajuk “Menjadi
Orang Tua Cerdas di Era Global. Be Smart Kids and Love Rasulullah” ini
dilaksanakan di Goebog Resto, perempatan ring road Jl. Wonosari. Kebetulan tempat
acara dekat dengan tempat tinggalku. Acara seminar dimulai sekitar jam 08.30.
Dipandu seorang moderator, seminar berjalan lancar dan “hidup”. Mak Ida Nur
Laila atau di kalangan blogger biasa dipanggil Mak Ida, begitu lihai membuat
suasana seminar tak terkesan kaku. Peserta antusias mendengarkan. Begitu pula
ketika ada sesi pertanyaan. Waktu rasanya kurang karena banyak yang terus ingin
bertanya.
Materi seminar cukup
aktual dan faktual karena dilengkapi macam-macam video yang berkaitan dengan
pola kembang anak. Tidak bisa dimungkiri, generasi zaman sekarang tak
terpisahkan dengan gadget. Sebab itulah, banyak yang menyebutnya “generasi
gadget”. Namun, apakah orang tua harus terlena dengan perkembangan teknologi
itu? Di sinilah peran orang tua sangat diperlukan dalam mengarahkan anak-anak.
Anak-anak akan mencontoh
perilaku orang tua, tak terkecuali anak-anak usia dini. Jika orang tua setiap
hari membaca buku dan anak-anak melihat aktivitas itu, anak-anak tentunya akan
mencontoh perilaku membaca. Jika orang tua sering mengaplikasikan ajaran agama
dalam kitab suci, tentu anak-anak akan meneladani sikap orang tua.
Sebaliknya, jika
anak-anak hanya melihat orang tua memainkan gadget, menonton televisi, bergosip
dengan tetangga, anak-anak pun akan mengikuti sikap orang tua tersebut. Suri
teladan dari ruang lingkup terkecil, yakni keluarga, sangat berperan penting
dalam pembentukan karakter anak dan memandu anak dalam berinteraksi dengan
lingkungan luar, baik sekolah maupun masyarakat.
Orang tua adalah kontrol
utama. Kehidupan anak-anak di era globalisasi perlu filter yang kuat. Banyak
bukti di sekitar kita yang menunjukkan anak-anak zaman sekarang lebih cepat
dewasa. Penyebabnya adalah terlalu banyaknya tontonan, dan miskinnya tuntunan. Keluarga,
pendidik, tokoh masyarakat, dan tokoh agama berperan penting dalam memperbaiki
kemerosotan akhlak anak-anak. Mirisnya lagi, banyak kasus bullying yang
dilakukan anak usia sekolah dasar dan sekolah menengah. Kasih sayang semakin
berkurang, sedangkan kekerasan semakin merajalela. Pornografi dan pornoaksi
menghiasi layar kaca, bahkan terdapat dalam game-game online di gadget.
Lalu, bagaimanakah peran
Rasulullah dalam pendidikan anak-anak seperti tema seminar di atas? Bagi umat
Islam, Rasulullah adalah suri teladan nomor satu. Beliau adalah tokoh dunia
yang segala perkataan dan sikapnya diteladani oleh seluruh umat Islam. Secara
khusus, beliau sering mencontohkan bagaimana bersikap kepada anak-anak.
Rasulullah selalu bersikap lemah lembut kepada anak-anak.
Suatu saat, Rasulullah
berbincang dengan seorang sahabat. Anak si sahabat yang masih kecil memainkan
cincin Rasulullah. Si sahabat memarahinya. Namun, Rasulullah sama sekali tidak
marah. Malah membiarkan anak kecil itu bersenang-senang dengan cincin
Rasulullah. Rasulullah tidak ingin mengganggu keasyikan anak-anak bermain.
Dunia anak adalah dunia bermain. Masih banyak lagi kisah Rasulullah yang perlu
diteladani oleh para orang tua dalam mendidik anak-anak.
Menumbuhkan kecintaan anak-anak
kepada Rasulullah adalah salah satu cara agar anak-anak senantiasa bersikap di
jalur yang tepat. Tidak hanya anak-anak, orang tua juga perlu menanamkan sikap
cinta Rasulullah dan meniru cara Rasulullah mendidik anak-anak.
Hasil candid Mak Yosi Suzitra. ^_^ |
Di tengah acara seminar, Mak
Ida menampilkan satu video anak-anak tentang Rasulullah. Di video itu, seorang
anak memuisikan kecintaannya kepada Rasulullah. Tiba-tiba, Mak Ida meminta
peserta seminar membacakan puisi yang telah diterjemah ke bahasa Indonesia. Aku
jelas merasa tertarik untuk membacanya. Sayang, aku kalah cepat dengan peserta
di depan. Pokoknya, kalau nggak diminta baca lagi, aku mau nunjuk tangan
pengin baca, ucapku dalam hati. Menanamkan rasa percaya diri wajib hukumnya
toh? :D Eh, tahu-tahu Mak ida menawarkan siapa lagi yang mau membaca puisi. Tanpa
pikir panjang, aku maju dengan langkah anggun (halah halah!).
Hadir di acara seminar
parenting bagi seorang gadis, wajib, dong. :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar