Para siswa SDN 1 Pakel Pule, Trenggalek (sumber gambar: relawan dokumentasi SDN 1 Pakel Pule) |
Pertama kali tahu tentang Kelas
Inspirasi Maret tahun 2015 lalu. Saat itu aku menginap di sebuah hostel di
Yogyakarta dan sekamar dengan dua orang gadis dari Jakarta. Sejak tengah malam,
mereka sudah sibuk menggunting kertas warna-warni. Aku bertanya, mereka lalu
menjawab bahwa sedang ikut Kelas Inspirasi. Mereka menjelaskan sekilas kegiatan
Kelas Inspirasi. Semakin penasaran, aku searching perihal Kelas Inspirasi
di internet, dan aku jatuh cinta!
Bagiku, mengikuti Kelas Inspirasi
Trenggalek menuntaskan “kerinduan terpendam” pada dunia mengajar. Basic
pendidikan sarjanaku memang mengajar, tapi sudah lama aku memutuskan bekerja
sebagai editor freelance, kemudian full time di sebuah penerbit di
Yogyakarta. Sehari-hari aku berkecimpung dengan naskah dan buku anak.
Ini aku. ;) (sumber gambar: relawan dokumentasi SDN 1 Pakel Pule) |
Seperti halnya orang yang menuntaskan
rindu, menjelang, sedang, dan setelah kegiatan Kelas Inspirasi, perasaanku
senang tak terkira. Bahkan, sampai seminggu setelahnya aku gagal move on. Selalu
terkenang pengalaman bercengkerama dengan anak-anak, menyampaikan materi profesi
dengan menyenangkan, serta keakraban dengan para fasilitator dan relawan Kelas
Inspirasi Trenggalek.
Sebagian relawan pengajar dan fasilitator SDN 1 Pakel Pule (sumber gambar: relawan dokumentasi SDN 1 Pakel Pule) |
Mengapa aku memilih Trenggalek, bukan
kota lain? Sebenarnya aku ingin memilih Yogyakarta, tapi sewaktu mendaftar,
jadwal Kelas Inspirasi Yogyakarta belum update di website. Alasan
lainnya, tahun 2014 aku pernah berkunjung ke Trenggalek dan aku belum puas
menikmati alam Trenggalek. Aku terhipnotis oleh Trenggalek yang merupakan
sebuah kabupaten kawasan pegunungan. Ke mana mata memandang, pasti akan
disuguhi pemandangan pegunungan.
Alam pegunungan. Segeeer. ^_^ (sumber gambar: relawan pengajar SDN 1 Pakel Pule) |
Terus terang, aku sangat grogi
menjelang Kelas Inspirasi. “Bagaimana nanti di depan para siswa, ya?”; “Aku
harus ngomong apa?”; “Kira-kira mereka bakal mudheng nggak sih dengan
pengajaranku?”, dan pertanyaan lainnya bergumulan sepanjang waktu. Saking
bingung dan groginya, materi ajar baru benar-benar siap saat tengah malam
tanggal 23 Januari 2016, saat teman-teman fasilitator dan relawan sudah
tertidur lelap. Itu pun setelah diskusi dengan seorang sahabat dan mendapat masukan
teman-teman relawan.
Base camp kami di sebuah rumah warga. Pemiliknya namanya Pak Ateng. Beliau sekeluarga baik sekali. Terima kasih. ^_^ (sumber gambar: dokpri) |
Satu hal yang aku khawatirkan adalah
kondisiku yang tidak bisa bicara bahasa Jawa. Aku asli orang Banjarmasin.
Ternyata kekhawatiran itu sirna sebab para siswa sangat lancar berbahasa Indonesia.
Meskipun mereka tinggal di desa, bahasa Indonesia bukanlah hal asing dalam
percakapan mereka sehari-hari (Pengalaman dulu waktu KKN menghadapi anak-anak
yang tidak lancar bahasa Indonesia). Tentang lokasi sekolah, ini yang juga
tidak bakal dilupa. Menuju SDN 1 Pakel Pule melewati “jalanan ular”. Menanjak,
menurun, menukik, benar-benar uji adrenalin. Tapi, pemandangannya amazing
banget!
Apa, sih, yang membahagiakanku selama
ikut Kelas Inspirasi? Pertama, fasilitator dan relawan sangat kompak. Kedua, para
siswa SDN 1 Pakel Pule sangat antusias saat kegiatan mengajar berlangsung.
Wajah mereka begitu semringah dan bersemangat. Proses mengajar yang memang
dibuat sesantai mungkin membuat suasana kelas riuh dan menyenangkan. Siswa SDN 1
Pakel Pule berjumlah 77 orang. Karena jumlah siswa tidak terlalu banyak, khusus
Kelas Inspirasi, kelas dibagi menjadi tiga kelas. Siswa kelas 1 digabung dengan
siswa kelas 2, siswa kelas 3 dengan siswa kelas 4, dan siswa kelas 5 dengan
siswa kelas 6.
Senam pagi sambil bernyanyi. (sumber gambar: relawan dokumentasi SDN 1 Pakel Pule) |
Kegiatan diawali dengan apel pagi. Ada
sambutan kepala sekolah, sambutan salah satu relawan, senam pagi ala Kak
Taukhid (salah satu relawan pengajar yang berprofesi sebagai perawat), dan foto
bersama. Senam ini pun dijadikan sebagian relawan sebagai pengisi ice
breaking supaya anak-anak tidak jenuh. Tidak hanya itu, menyanyi dan
berbagai game juga bisa menghidupkan suasana kelas.
Menyampaikan materi profesi kepada
para siswa gampang-gampang susah. Semua tergantung cara mengajar para relawan.
Materi ajar harus disampaikan secara gamblang dan jangan terlalu banyak teori.
Saat jeda mau masuk mengajar ke kelas 1 dan 2, terpikir lagi apa yang harus aku
sampaikan tentang profesi editor? Relawan lain juga rupanya berpikiran sama,
terutama yang profesinya asing terdengar, misalnya drafter. Tapi, Tuhan
menciptakan akal untuk berpikir, hati untuk bersikap tenang. Proses mengajar di
kelas 1 dan 2 berjalan lancar.
Senyum siswi kelas 1 dan 2. Momen setelah nyanyi bersama, belajar bersama. ^_^ (sumber gambar: dokpri) |
Ada satu orang siswa di kelas 2 yang
menarik perhatianku. Postur badannya lebih tinggi dari siswa lainnya. Siswa
berusia 13 tahun itu anak berkebutuhan khusus (ABK). Saat relawan lain
mengajar, dia hanya diam tanpa ekspresi. Aku berpikir keras bagaimana cara
membuatnya paling tidak tersenyum. Saat mendongeng di dalam kelas (pertama
kalinya aku mendongeng di depan puluhan anak, biasanya di depan dua keponakan
saja), aku melihat senyumnya yang manis dan merekah. Dia menikmati dongengku
itu saja sudah cukup membahagiakanku. Setelah mengajar, aku bicara dengannya
meski dia diam tanpa respon.
Mejeng dulu di pohon cita-citaku. Berasa muda kalau gabung sama anak kelas 6. Lah, emang masih muda. ^_^ (sumber gambar: dokpri) |
Kehangatan para siswa, keramahan para
guru SDN 1 Pakel Pule, serta keakraban para fasilitator dan relawan, membuatku
gagal move on dari Kelas Inspirasi. Mudah-mudahan aku bisa ikut Kelas
Inspirasi berikutnya. Berbagi kepada sesama itu sebuah keharusan. Berbagi
keceriaan itu menyenangkan. Kelas Inspirasi bukanlah menginspirasi para siswa saja, tapi juga menginspirasi para relawan
dan fasilitator untuk hidup lebih jujur dan lebih baik. Salam Kelas Inspirasi!
Jogja, 13 Februari 2016
Aih keren mbak pengalamannya. Kegiatan kelas inspirasinya juga bisa menjadi selingan diantara kerjaan utama ya,
BalasHapusIya, Mbak Rindang. Sekalian refresh dari rutinitas karyawan. hehe. :D
Hapus"saling memfasilitasi" ya namanya
BalasHapusBetul, Mbak Tanti, biar saling mengisi hati. Eaaa... :D
HapusKamu menulis ini trlalu terburu-buru. Harusnya bisa dipecah menjadi beberapa tulisan. Saya belum bisa sepenuhnya menangkap kisahmu. yo tuliskan lagi bagian per bagian. Mulai dari persiapan, keberangkatan, acara dan pulang. Jadikan tiap baak sebagai sebuah cerita. Masukan semua perasaan dan pengharapanmu.
BalasHapusHehe, tau banget. Emang buru2 karena baru tau modul KI. :D Nanti sy tulis ulang edisi lengkapnya. Makasih, Bundcha...
Hapus