Sumber:
https://rekammedis269.wordpress.com/
|
Data sangat penting dalam setiap
aktivitas, baik aktivitas yang berhubungan dengan orang lain (misal transaksi
jual beli) ataupun aktivitas yang berkaitan dengan diri sendiri saja. Apakah kamu pernah menulis diary, menceritakan kegiatan sehari-hari dan perasaan
dengan sangat gamblang?
Apakah gunanya sebuah diary? Ternyata,
diary sangat berguna menjaga memori kita, lho. Kalau kamu pernah menulis diary
dari kecil, lalu membacanya saat dewasa, kamu akan tersenyum-senyum bahagia. Kamu akan teringat sosok-sosok masa kecil. Sebelumnya kamu lupa siapa saja nama
teman masa kecil, siapa cinta pertamamu (ehem!), siapa saja nama guru
sewaktu sekolah, tapi dengan membaca diary, memorimu seperti di-upgrade.
Menyimpan data riwayat kesehatan kita
sangat penting. “Buat apa ribet bikin data kesehatan, sih? Hidup itu ikuti arus
air saja. Ngapain repot-repot kontrol ini itu. Yang penting kita jaga
kesehatan, makan teratur, olahraga teratur. Kalau sehat, ya, sehat. Kalau bakal
sakit, ya, sakit.” Ini pikiran saya dulu, beberapa tahun lalu.
Apakah pemikiran saya di atas benar?
Oow, ternyata selama ini saya terjebak pemikiran yang keliru. Menjalani hidup
memang harus santai. Jangan dibuat ribet. Namun, perkembangan kesehatan kita
dari masa ke masa itu akan membantu kita di kemudian hari. Tuhan memang sudah
menggariskan kapan kita mati. Kita tidak bisa menolak jika diberi rasa sakit.
Tapi, Tuhan juga memberikan akal dan energi bagi manusia untuk senantiasa
berikhtiar.
Jurnal kesehatan tidak hanya
diperlukan sesaat, misal ketika kita divonis sakit lumayan parah. Jurnal
kesehatan sangat mempermudah proses pengobatan. Dokter lebih mudah mendiagnosis
penyakit kita tanpa perlu ribet bertanya riwayat kesehatan kita.
Saya punya seorang sahabat yang sejak SMA sudah membuat jurnal kesehatan. Dia menderita sakit jantung sejak kecil.
Meskipun dia rutin berobat dan pastinya punya rekam medis sendiri dari pihak
rumah sakit (dokter), dia berinisiatif membuat jurnal kesehatan secara mandiri.
Jadi, hal-hal yang kita anggap sepele, misal tanggal sekian tensinya naik, tanggal sekian dia
kena flu dan minum obat merek X, tanggal sekian dia kena diare dan minum obat
herbal Y, semua dia tulis.
Awalnya, saya pikir kebiasaannya menuliskan jurnal kesehatan secara lengkap dari A-Z itu hanyalah buang-buang
waktu. Suatu hari saya pernah bertanya ke teman saya itu—sekarang dia sudah
berkeluarga dan menjadi guru di salah satu SMAN di Banjarmasin—apa tidak ribet selalu menulis
perkembangan kesehatan sesering itu? Bukannya sudah ada dokter yang mencatat
rekam medis kita?
“Memang ada rekam medis, tapi aku juga
perlu bikin catatan sendiri biar gampang antisipasi saat ada tanda-tanda
kumat,” jawabnya.
Wah, saya terperangah! Dia begitu
semangat menjalani proses pengobatan. Dan, “mandiri” ini poinnya. Kita tidak
bisa mengandalkan dokter saja dalam menjaga kesehatan. “Sebenarnya yang tahu
kondisi tubuh kita itu diri kita sendiri. Dokter hanya membantu,” ucapnya.
Ucapannya itu membuat saya berpikir
dan berpikir. Satu lagi poin penting: “Yang tahu kondisi tubuh kita itu
sebenarnya diri sendiri.” Tubuh manusia diciptakan oleh Tuhan dengan
kesempurnaan yang benar-benar sempurna. Robot secanggih apa pun tidak akan bisa
menandingi ciptaan Tuhan. Tubuh manusia tidak hanya sempurna fisiknya, tapi juga sempurna sistem kerja metabolisme tubuh.
Jadi, sebenarnya manusia bisa “membaca” kondisi tubuh dirinya sendiri apabila
memperhatikan gejala-gejala yang terjadi.
Definisi metabolisme dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah “Pertukaran zat pada organisme yang meliputi proses
fisika dan kimia, pembentukan dan penguraian zat di dalam badan yang memungkinkan
berlangsungnya hidup.”
Saya mencoba menganalogikannya dengan
ujian sekolah atau ujian semester kuliah. Setiap selesai ujian, kebiasaan saya
adalah mengira-ngira berapa nilai raport saya nanti, berapa kira-kira nilai
mata kuliah saya. Biasanya, perkiraan saya tidak pernah meleset.
Sewaktu kelas 2 MTsN (setingkat
SLTP), nilai raport saya menurun dari yang biasanya rangking 1-2 dari sekolah
dasar. Abah marah besar. Saya tidak kaget karena saya bisa menebak reaksinya
bakal seperti itu. Bagaimana tidak, waktu itu saya memang lebih banyak main
daripada belajar, jadi tidak mengharap lebih akan mendapat rangking 1. Begitu pun setelah duduk di
bangku MAN (setingkat SMA), saya bisa menebak berapa nilai yang saya dapat.
Usaha saya menaikkan prestasi ketika kelas 3 MAN berbuah hasil. Saya juara
umum, sesuai perkiraan dan usaha saya tentunya.
Nah, apa hubungannya dengan kesehatan?
Tidak jauh beda dengan nilai raport. Apakah hasilnya memuaskan atau tidak,
tentu sesuai dengan usaha kita. Apakah kesehatan kita tertangani dengan baik
atau tidak, tergantung usaha kita memperhatikan kesehatan diri sendiri.
Seberapa pentingkah jurnal kesehatan bagi hidup kita? Mari kita bicara sekilas tentang kanker. Kanker adalah penyakit mematikan dan
semakin berkembang dari zaman ke zaman. Banyak yang bilang penyakit kanker
adalah penyakit orang modern. Namun, menurut sejarah, penyakit ini sudah ada
sejak 3.200 tahun lalu. Kesimpulan ini berdasarkan hasil penelitian pada tulang
manusia berumur 3.200 tahun yang terdeteksi kanker. Jadi, sebenarnya penyakit kanker
sudah ada sejak lama, namun jarang sekali (bahkan hampir tidak pernah) ditemui
dalam temuan-temuan arkeologis.
Seiring berkembangnya zaman dan
semakin banyaknya penyakit kanker yang bisa mengancam siapa saja, pengobatan
kanker pun semakin canggih dan modern. Jika awalnya penyakit ini hampir sulit
dicari obatnya, sekarang banyak pengobatan medis (kemoterapi, radiasi, dan
lain-lain) maupun herbal. Bahkan, baru-baru ini ada pengobatan dengan
menggunakan brain cancer electro capacitive therapy dan breast cancer
electro capacitive therapy yang diciptakan oleh Dr. Warsito Taruno.
Apakah dengan semakin berkembangnya
pengobatan kanker, lantas kita santai-santai saja tanpa memeriksa kesehatan
secara rutin? Tanpa mempelajari kondisi kita dari waktu ke waktu? Tidak bisa
begitu. Sebab itulah perlu adanya jurnal kesehatan yang nantinya berhubungan
dengan deteksi dini penyakit kanker. Deteksi dini penyakit kanker, baik itu kanker
payudara, kanker serviks, kanker otak, kanker paru-paru,dan sebagainya, sangat
diperlukan. Selain dengan memulai pola hidup sehat, kita juga mempelajari
gejala-gejala pada tubuh kita.
Sumber:
http://jawadarshad221.blogspot.co.id/
|
Beberapa waktu lalu saya mengunjungi
Museum Kanker Indonesia di Surabaya. Di museum itu, terdapat banyak “fosil”
sel kanker yang tersimpan di dalam stoples-stoples. Saya penasaran, kok museum
ini bisa menyimpan sel-sel kanker? Untuk menghilangkan rasa penasaran, saya bertanya
ke pengelola museum. Saya mendapat jawabannya. Sel-sel kanker yang tersimpan
dalam stoples itu merupakan sel-sel kanker yang sudah stadium lanjut, yang disimpan
dan diawetkan setelah operasi. Ternyata, kebanyakan pasien kanker di Indonesia
baru terdeteksi setelah stadium lanjut (di atas stadium 2). Kesadaran deteksi
dini di Indonesia sangat rendah. Konon, museum di Surabaya itu satu-satunya
museum kanker di dunia. Wah!
Andai saja banyak yang peduli
kesehatan, banyak yang secara mandiri deteksi dini, banyak yang rutin membuat
jurnal kesehatan, tentu Museum Kanker Indonesia di Surabaya itu tidak akan
dibangun, tentu akan banyak yang cepat tertolong lebih cepat. Stop
berandai-andai! Kini saatnya kita peduli kepada diri sendiri, menjadi “dokter”
bagi diri sendiri, mulai aktif membuat jurnal kesehatan. Tidak hanya deteksi
dini terhadap penyakit kanker, juga penyakit-penyakit yang lain. Janganlah
mengabaikan gejala-gejala kecil yang kita rasakan. Sudah saatnya menuliskan apa
yang kita rasakan dalam sebuah jurnal kesehatan dan menyimpan hasil pemeriksaan.
Bukannya malah dijadikan bungkus perabotan. Haha! Jadi teringat foto hasil
rontgen yang dijadikan ganjel lemari di rumah. Oow!
Teknologi semakin berkembang. Banyak
aktivitas manusia yang dilakukan secara online. Smartphone semacam
menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat. Mau tidak mau, kita memang harus mengikuti
perkembangan teknologi dan komunikasi. Banyak aplikasi di smartphone
yang bisa mempermudah aktivitas kita. Begitu pun dengan jurnal kesehatan. Jika
dulu sahabat saya menulis jurnal kesehatannya di dalam sebuah buku tulis,
sekarang ada aplikasi yang lebih mudah menyimpan data dan tidak perlu takut
hilang data. Satu lagi, kita tidak perlu lagi ribet membawa jurnal kesehatan ke
mana-mana. Kita tidak perlu repot lagi kalau lupa membawa buku jurnal kesehatan.
Bayangkan saja ribetnya kalau ke mana-mana mesti membawa berkas check up,
hasil lab, dan sebagainya, yang segunung jumlahnya.
Nama aplikasinya adalah MedicTrust. Tinggal
cek aplikasinya, maka akan terbaca semua data atau jurnal kesehatan kita. MedicTrust
adalah sebuah aplikasi kesehatan untuk mempermudah pasien dan dokter dalam
memantau perkembangan kesehatan. Pembuatan aplikasi ini dilatarbelakangi oleh
ketidakpratisan membawa rekam medis. Para penggagas MedicTrust, Katerine Tjin
dan Grace Tjin, pernah punya pengalaman ribetnya saat sang ayah berobat di
Amerika. Semua itu disebabkan rekam medis yang tidak tersimpan baik.
Bagaimanakah cara meng-install aplikasi
MedicTrust? Sangat gampang. Silakan download di Google Play atau App Store.
Searching saja "MedicTrust", install, lalu masukkan profilmu.
Pengelola aplikasi ini bekerja sama
dengan banyak dokter dan rumah sakit. Lalu, bagaimana menyimpan data kesehatan
kita? Cukup kita foto dokumennya, lalu upload. Selain
itu, kita juga bisa berkonsultasi dengan dokter yang sama-sama memakai aplikasi
MedicTrust.
Ini akun saya. Mana akunmu? |
MedicTrust terus mengembangkan
sayapnya dengan terus memberikan informasi pentingnya jurnal kesehatan. Pihak
MedicTrust bekerja sama dengan berbagai rumah sakit dan para dokter. Aplikasi
ini tidak akan berjalan tanpa dukungan semua praktisi kesehatan dan yang pasti
kita yang menjadikan kesehatan sebagai kebutuhan primer, bahkan gaya hidup.
Mungkin di luar sana masih banyak orang yang takut memeriksakan kesehatannya
secara berkala, masih banyak orang yang malas-malasan membuat jurnal kesehatan,
masih banyak yang enggan menyimpan rekam medis. Tapi, dengan aplikasi ini,
diharapkan dapat meningkatkan kesadaran pentingnya jurnal kesehatan dan menjadi
dokter bagi diri sendiri. Yes, healthy is my lifestyle!
Untuk mengetahui lebih jauh bagaimana
MedicTrust, silakan kunjungi dan follow akun Facebook Medictrust, Twitter @MedicTrust, Instagram
@medictrust, dan web https://medic-trust.com/. Sebarkan berita bahagia tentang kesehatan ini. Semoga rakyat Indonesia lebih sehat lahir dan batin. Amin.
Salam sehat!
Jogja, 250216
Jogja, 250216
Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Warsito_Taruno
Asli saya pengen ke museum tersebut, jangan2 hasil fosilku ikut dikirim disana wkwkwkwk tapi itu ternyata penting jurnal kesehatan! Perlu dicoba makasih Ling
BalasHapusHayuuu ke Surabaya, Nov. ;)
HapusMenjaga kesehatan memang penting banget apalagi menyimpan catatan medis kita. Dengan adanya aplikasi ini memebantu kita untuk menyimpan catatan medis kita yang tercecer selama ini. trimakasih informasinya ya dib :)
BalasHapusBetul sekaki, Mbak Dian. Kita nggak perlu repot ngubek isi lemari, ya. :)
HapusSetuju, dokter terbaik adalah diri kita sendiri, yg tahu pasti apa yg kita rasa.
BalasHapusSaya baru tahu ada museum kangker, smg suatu saat bisa kesana :)
Bagus juga ya Mba Edib ada aplikasi Medic Trust ini, nanti coba akh instal :)
Hayuuu rame2 ke sana, Wan. :) Sekaligus eksplor Jatim. Hehe.
HapusInstall aplikasinya, yaaah. Bener2 keren.
HapusKayaknya seru ya bikin jurnal kesehatan
BalasHapusSeru dan bermanfaar banget, Widya. :)
HapusSepakat, kesehatan adl modal utama
BalasHapusjadi kita sendiri musti aware
terutama dg riwayat kesehatan diri
salam sehat
Salam sehat, Mas Agung Han. Sehat selalu, ya. Benar sekali, modal utama! :)
HapusSetuju, kpedulian pada kesehatan diri menjadi faktor penentu, kita mau sehat atau nggak. Rekam medis bia dilakukan dengan berbagi cara, jika sudah ada aplikasi di smartphone yg membantu kita, mengapa harus repot dengan tulisan tangan?
BalasHapusGunakan kemudahan, jangan dipersulit. Yes! Tooos!
HapusWah baru tahu ad museum kanker.. Benar. Aplikasi medictrust sangat membantu sekali
BalasHapusSaya juga baru tau tahun kemarin, Mbak Dian.:)Yup, mulai menggunakan MedicTrust.
HapusPenting banget rekam kesehatan itu. Supaya pengobatan tuntas.
BalasHapusSetelah sakit, baru terasa pntingnya jurnal kesehatan. Smoga gak ada yg kayak saya. Sadar sejak dini itu pnting. :D
HapusBerpuluh2 tahun tinggal di Surabaya malah belum pernah ke Museum Kankernya #melas.com
BalasHapusJurnalnya menarik, nanti mau coba bikin ah :D
keluargahamsa(dot)com
Hehe, yuk bikin jurnal kesehatan, Mbak! Simple pake MedicTrust. Jangan lupa kemuseum kanker buat edukasi ke keluarga. ^_^
HapusMedicTrust bisa jadi solusi untuk mandiri dan cerdas menjadi pasien ya mak..
BalasHapusBener banget, Mbak Juliastri. Cerdas dan kekinian. ^_^
Hapus