Indonesia adalah negara kepulauan yang
sangat majemuk. Masyarakat Indonesia menyebar ke seluruh pelosok dan seluruh
lapisan masyarakat, dari pedalaman, pedesaan, perkotaan, hingga rakyat
pinggiran (orang jalanan). Rakyat Indonesia hidup dalam perbedaan suku, agama,
kebiasaan, adat istiadat, namun menyatu dalam satu naungan Pancasila. Lebih 70
tahun sudah Indonesia merdeka. Sudah tujuh presiden yang memimpin bangsa
berlambang Garuda ini.
Saya teringat penggalan alinea dalam
Pembukaan UUD 1945:
"Kemudian daripada itu untuk
membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial…”
Tim Nusantara Sehat 2015 (Sumber: http://maluku.wartakesehatan.com/) |
Merdeka adalah mengisi kemerdekaan
dengan cara memajukan kesejahteraan dan mencerdaskan rakyat Indonesia. Itulah
tujuan utama dari kemerdekaan, seperti diungkapkan juga oleh Ketua MPR RI, Pak Zulkifli Hasan, beberapa waktu lalu
dalam acara gathering dengan netizens Jogja. Pertanyaannya, apakah tujuan
kemerdekaan itu sudah tercapai hingga sekarang?
Kesejahteraan rakyat Indonesia sangat
berkaitan erat dengan peningkatan kesehatan masyarakat. Masyarakat yang sehat
secara fisik jelas sangat menunjang peningkatan kecerdasan. “Di dalam tubuh
yang sehat ada jiwa yang kuat” atau dalam bahasa asingnya “Mens
sana in corpore sano.” Kita analogikan dengan kamar. Bayangkan, kamar
yang tanpa ventilasi, tanpa jendela, tanpa penerangan, tanpa sirkulasi udara
yang cukup, pasti akan penuh debu di mana-mana. Apakah kamar seperti itu tempat
yang bagus untuk ditempati? Jelas kamar itu tidak sehat secara fisik. Secara
mental, siapa yang tertarik istirahat bahkan bekerja di kamar yang sumpek?
Bukannya membuat semangat, malah menimbulkan penyakit dan pikiran jadi stres.
Begitu juga kondisi bangsa kita. Dari
tahun ke tahun terus melakukan pembenahan di segala bidang kehidupan. Jika ada
yang bilang bangsa kita tidak ada perkembangannya, mungkin dia selama ini
menutup mata atau mengamati secara sekilas saja. Pendidikan, kesehatan,
pembangunan tata kota, sudah berkembang secara baik. Hanya saja, kita tidak
bisa menafikan ada beberapa bagian yang kurang maksimal penanganannya.
Di bidang kesehatan, pemerintah, dalam
hal ini Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), terus melakukan
pembenahan dan berinovatif mengadakan program kesehatan. Sebagai negara
berkembang, permasalahan kesehatan bangsa Indonesia adalah tingginya angka
kematian ibu dan bayi serta gizi buruk. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012 menyebutkan bahwa angka kematian ibu (AKI) di
Indonesia adalah 359 per 100 ribu kelahiran hidup, sedangkan angka kematian
bayi (AKB) adalah 32 per seribu kelahiran hidup.
Pada periode 2015-2019, Kemenkes RI
memfokuskan pemantapan Pelayanan Kesehatan (Yankes) Primer di segala penjuru
tanah air, yaitu pembenahan fisik, sarana, dan sumber daya manusia. Ketiganya
saling mendukung. Ada fisik (infrastruktur) dan ada sarana (fasilitas), tapi
kurang sumber daya manusia (tenaga kesehatan), bagaimana bisa berjalan
maksimal?
Jumlah rakyat Indonesia per 1 Juli
2015 adalah 255,461,700 jiwa (peringkat ke-4 di dunia).
Jumlah SDM kesehatan pada tahun 2012
sebanyak 707.234 orang dan meningkat menjadi 877.088 orang pada tahun 2013.
Dari seluruh tenaga kesehatan yang ada, sekitar 40% bekerja di Puskesmas. Pada
tahun 2014, jumlah tenaga kesehatan yang terdiri atas dokter spesialis, dokter
umum, dokter gigi, perawat, bidan, kefarmasian, dan lain-lainnya mencapai
891.897. Jumlah tersebut meningkat dari tahun sebelumnya, yakni sebesar
877.098. Memang dari tahun ke tahun, tenaga kesehatan selalu mengalami
peningkatan. Tapi, itu masihlah angka yang kurang dibandingkan dengan jumlah
rakyat Indonesia yang 250 juta jiwa lebih.
Sebagai orang yang tidak berkecimpung
di dunia kesehatan selaku tenaga medis, saya rasanya ingin sekali terjun
langsung mendatangi berbagai pelosok di tanah air. SDM yang kurang ditambah
kondisi fisik yang sulit ditempuh, seperti daerah pedalaman di Papua, NTT, NTB,
dan daerah Indonesia timur lainnya, serta beberapa daerah di semua pulau di
Indonesia (termasuk Pulau Jawa sendiri masih banyak menyimpan “eksotis”nya desa
pedalaman yang sulit dijangkau transportasi darat).
Program Jaminan Kesehatan Nasional dan
Kartu Indonesia Sehat tidak akan berjalan maksimal tanpa dukungan seluruh
lapisan masyarakat. Kebijakan membentuk Tim Nusantara Sehat oleh Kemenkes RI
adalah langkah konkrit dalam memaksimalkan tujuan program pemerintah. Inilah
salah satu warna dan langkah nyata bela tanah air. Siapa, sih, yang tidak mau
mengabdikan diri kepada tanah air, tanah pusaka?
Dengan adanya program Nusantara Sehat,
diharapkan tenaga kesehatan menyebar hingga segala pelosok. Saya jadi terpikir,
andai saya diberi kesempatan menjadi Tim Nusantara Sehat. Selain sebagai wujud
cinta tanah air, menjadi Tim Nusantara Sehat adalah cara saya berbaur dengan
masyarakat, serta mengenal dan memberi solusi pada permasalahan negeri secara
langsung tanpa tuding sana tuding sini. Zaman sekarang, bicara harus disertai
aksi nyata. Zaman sekarang, tidak ada untungnya menghujat pemerintah tanpa
memberi solusi dan membuktikan “kita adalah putra bangsa yang peduli pada tanah
air.”
Seperti yang saya katakan sebelumnya,
tujuan kemerdekaan Indonesia telah termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Siapa
yang memegang kendali kemerdekaan? Kita. Rakyat Indonesia. Pengisi kemerdekaan.
Tim Nusantara Sehat, salah satunya.
Jika saya jadi Tim Nusantara Sehat,
tentu saya tidak akan menyia-nyiakan berkah dan amanat yang diberikan. Saya
tidak akan mendengarkan perkataan-perkataan negative. Misal, “Ngapain
repot-repot bantu orang yang kaitan darah pun nggak ada.”; atau, “Realistis
saja. Cari duit yang banyak. Bantu orang sakit atau orang di desa-desa itu
tugasnya pemerintah.” Pemikiran di balik pernyataan-pernyataan itu yang perlu
diluruskan. Tugas membantu sesama adalah tugas rakyat Indonesia, tugas semua
elemen masyarakat.
Jika saya jadi Tim Nusantara Sehat,
selain membantu secara medis ke masyarakat Indonesia, saya juga berusaha
menularkan semangat bela tanah air ke lingkungan terdekat saya. Mungkin, ada
beberapa tenaga medis yang tidak bisa ikut Tim Nusantara Sehat karena tidak diizinkan
keluarga. Mungkin, ada beberapa orang yang terlalu memasang tameng dan sekat
antara profesi dan masyarakat. Bergerak dan bergerak. Dalam mewujudkan tujuan,
kita tidak bisa sendirian. Perlu tim, perlu kerja sama, dan perlu regenerasi.
Dalam hal ini, tularkan semangat berbagi itu ke keluarga terdekat lebih dulu,
seperti pasangan, anak, keponakan, dan lain-lain.
Jika saya jadi Tim Nusantara Sehat,
saya juga harus senantiasa sehat. Menjaga kesehatan diri sendiri tetap nomor
satu. Membantu orang lain juga hal yang utama. Persiapan fisik dan mental itu
harus dilakukan sebelum saya memutuskan menjadi bagian Tim Nusantara Sehat.
Tugas Tim Nusantara Sehat tidak hanya mengobati, tapi melakukan bimbingan, penyuluhan,
dan edukasi tentang kesehatan ke masyarakat. Kita ketahui bersama, kondisi sosial
dan budaya masayarakat Indonesia sangat beragam. Sebagai Tim Nusantara Sehat
(jika saya jadi Tim Nusantara Sehat), saya harus komunikatif kepada masyarakat.
Mendekati masyarakat dengan tingkat kemajemukan yang tinggi tentu skill
komunikasi harus mumpuni.
Jika saya jadi Tim Nusantara Sehat,
saya ingin menjadi bulir padi yang merunduk meski tambah gemuk dan menguning.
Saya ingin menyenangkan petani-petani yang telah berusaha menyemai benih,
memangkas rumput, dan memanen hasil tanamnya. Saya ingin tersenyum ketika
melihat masyarakat (baca: pasien) tersenyum.
Sebagai penutup, jika saya jadi Tim
Nusantara Sehat, satu puisi untuk semua Tim Nusantara Sehat:
Nusantara Sehat
Di
bawah langit Nusantara kita bernaung
Lantunkan
Indonesia Raya agar tetap bergaung
Di
tepi pantai, di hutan, di pedalaman
Banyak
wajah yang rindu senyuman
Banyak
raga yang menunggu pengobatan
Duduklah
sebentar, duhai kawan
Desir
angin menemani pertemuan
Tersenyumlah
pada setiap sapa di tepi jalan
Tersenyumlah
pada setiap wajah yang mengharap bantuan
Tersenyumlah,
maka tak ada yang lebih sempurna dari segala doa sesama
Di
atas tanah Pertiwi kita berpegangan erat
Sang
Saka berkibar jiwa bersemangat
Saling
berbagi demi masyarakat sehat
Pandang
ke depan, cakrawala luas membentang
Ulurkan
tangan, mari berkumpul dalam kasih sayang
Nusantara
Sehat jadikan tujuan
Salam
sehat!
Jogja,
310316
Referensi:
http://www.depkes.go.id/resources/download/info-publik/Renstra-2015.pdf
http://nusantarasehat.kemkes.go.id/content/sekilas-nusantara-sehat
Wah udah jd aja
BalasHapusKebetulan temanya pas cucok ama obrolan. Heheh
HapusWah..calon berangkat ke Batam ini. Sukses yaa..
BalasHapusAmiiin. Kebetulan obrolan dgn teman topik ini. Jd lngsung capcus. :D
HapusSehatkan saudara kita sampai pulau terluar dan pelosok Negeri ini :)
BalasHapusAmiiin. Semoga smakin sehat. Kamu juga, andini. 😊
HapusWah, semoga terpilih ya mbak.
BalasHapusKeren bgt
Amiiin, mbak mely. Terima kasih doanya. ;)
Hapusayo mbak Edib kita bergandeng tangan untuk Indonesia yang lebih sehat :)
BalasHapusHai, mak iruuul. Ayo kita tularkan smangat Tim Nusantara Sehat! :)
HapusBangga ya jadi bagiannya
BalasHapussemoga sukses Mbak :)