Aku menulis tentang kampung halaman
Sementara yang terhidang di meja hanyalah kata-kata pucat pasi
Kukira bakal tersaji semangkuk gangan keladi, sepiring nasi siam unus, dan dua ekor papuyu
Aih, terlalu banyak basa-basi dalam perjalanan hari
Pagi, siang, malam, dijejali kabar tanpa tahu sumber asalnya
Begitu pun rinduku yang kaupikir begitu purnama
Bulat penuh, sebulat pipi bakpao keponakanku
Sebenarnya hanyalah basa-basi
Pemanis rasa ketika tak jua menemu tirta di piring putih beraksara almarhumah Nini
Aku menulis tentang kampung halaman
Bukit Hamak dan kebun getah sesunyi malam tanpa bayang
Sungai Hanyar dan pohon mentega yang sisa akar
Sementara yang kubaca di buku ini sekadar kalimat-kalimat tanpa pergulatan
Kalimat-kalimat tanpa rindu yang heroik
Aku menebas leherku saat rindu semakin banal, misal
Alahai, sudahlah, aku tak berani menulis tentang kampung halaman
Cukup pejamkan mata, serasa tidur di Sungai Guring
Menanti sang rindu jadi purnama, seperti katamu
Jogja, 170316
Indah sekali puisinya :)
BalasHapusTerima kasih, Mbak Inggit. ;)
Hapus