Ada yang bertepuk tangan
Di kepala, di dada, di telapak kaki, di setiap pejam mata, di setiap detik yang hilang rupa sunyi
Semakin ramai, semakin rancak
Bergemuruh seiring napas yang gaduh
Hentikan!
Tepuk saja angin
Tepuk saja duka-duka
Tepuk saja luka-luka
Tepuk saja doa-doa
Peluk saja malam yang kian merintih
Disergap tubuh-tubuh tua yang kehilangan roh
Angin telah pasrah menggumuli setiap mimpi
Duka luka sembunyi di balik selimut ibu
Doa-doa menjelma ketakutan
Ketakutan menjelma kepongahan
Kepongahan menjelma gelap
Gelap malam, gelap malam, gelap malam
Oh, engkau yang bernama ibu
Tubuh-tubuh menari, cahaya sunyi terbuhul di dada
Ayat-ayat lupa ke mana makna berpulang
Makna lupa ke mana mesti bermukim
Tepuk tangan semakin keras dan riuh
Tangan siapa, entah tangan siapa
Bayang siapa, entah bayang siapa yang menatap keakuanku
Ada yang bertepuk tangan
Di kepala, di dada, di tidur setengah lelap
Ada yang memecah sunyi
Tubuh-tubuh meronta, ibu
Memasuki rahim engkau kembali
: Semadi
Jogja, 160316
Prok prok prok
BalasHapusAh, lupa. Jendela belum terkunci.
:v
Bukalah hatimu, eh jendela itu, Wid. :D
Hapus