Aku cuma bisa
mengintipmu. Menjamahmu adalah hal terlarang bagiku. Aku cuma bisa mengintipmu
sebab penglihatanku terbatas, tak bisa memandangmu lebih ke sudut. Aku cuma
bisa mengintipmu sebab terbatasnya waktu yang kupunya. Aku cuma bisa
mengintipmu sebab aku tahu kau cuma mau diintip dan menggodaku agar kembali
menjejakkan kakiku di pasirmu lebih lama lagi. Aku ingin belajar menyelam di
dasar lautmu.
Godaan
terbesar bukanlah sebongkah emas atau setumpuk uang di meja yang entah punya
siapa. Bukan pula sepiring junk food dan minuman bersoda di meja makan. Godaan
besar adalah ada tempat wisata yang menggodaku untuk datang kembali lain waktu.
Rasanya tidak cukup seharian menjelajahinya. Godaan besar itu bernama Pulau
Pahawang. Kalian tahu Pulang Pahawang? Ah, jangan bilang kalian cuma tahu
kenangan dan mantan di belakang. Sssst, saat kalian tahu bagaimana eksotiknya
Pulau Pahawang, godaan dari mantan pun lenyap ditelan ombak sepanjang Dermaga
Ketapang menuju Pulau Pahawang. Suweeer!
Setelah
menempuh perjalanan dari Bandar Lampung selama kira-kira 2 jam (kami berangkat
jam 6 pagi), kami sampai juga di Dermaga Ketapang. Aku dan teman-teman Blogger
Cihuy menunggu life guard yang akan
membawa kami menjelajahi Pulau Pahawang dan pantai-pantai kecil. Sembari
bercengkerama dan menikmati sarapan, pikiranku terus menyemaikan rasa penasaran
bagaimana indahnya Pulau Pahawang. Bagaimana di sana? Bagaimana cuaca nanti?
Apa bakal hujan? Kalau teman-teman berenang, apa aku bisa ikut? Meski aku asli
orang Banjar yang terkenal kota seribu sungai, aku tidak bisa berenang. Konyol
memang. Ketika aku memutuskan ikut perjalanan Blogger Cihuy, segala hal telah
kusiapkan. Mental dan fisik. #lebay
Perjalanan
jauh Yogyakarta-Lampung lewat darat (kereta, bus, dan kapal feri) pun dilakoni.
Sampai Jakarta, langsung ke Lampung. Sebenarnya bisa sih naik pesawat dengan
kelebihan waktu perjalanan yang singkat. Namun, perjalanan darat jelas lebih
berkesan dan menantang. Yang jelas, perjalanan darat bareng teman-teman satu
bus jelas perjalanan yang bikin happy sepanjang jalan.
Pulau
Pahawang ada dua, yaitu Pulau Pahawang Besar dan Pulau Pahawang Kecil. Pulau
Pahawang Besar letaknya di Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran,
Lampung. Luas Pulau Pahawang 1.084 Ha. Pulau Pahawang Besar terdiri atas 6
Dusun, yaitu Dusun Suak Buah, Dusun Penggetahan, Dusun Cukuh Nyai, Dusun
Kalangan, Dusun Jeralangan, dan Dusun Pahawang. Jumlah penduduk Pulau Pahawang
sekitar 1.533 jiwa dengan 427 KK.
Dari
Dermaga Ketapang menuju Pulau Pahawang menempuh perjalanan selama kurang lebih
satu jam dengan naik kapal motor tradisional. Banyak spot snorkeling di Pulau
Pahawang Besar dengan terumbu karang yang masih alami dengan kedalaman antara
1-3 meter.
Pulau
Pahawang Kecil berlokasi tidak jauh dari Pulau pahawang Besar. Jika air laut
surut, kita akan melihat semacam jembatan alami atau Pasir Timbul yang bisa
menghubungkan Pulau Pahawang Kecil dan Pulau Pahawang Besar. Di Pulau Pahawang
Kecil terdapat vila pribadi milik seorang warga negara Perancis.
Life
guard kami ke Pulau Pahawang memberi pengarahan tentang diving dan snorkeling
serta segala aturannya. Dan, ternyata yang tidak bisa berenang pun bisa melakukan
snorkeling, yakni dengan memakai jaket pelampung. Rasa penasaran berada di atas
air bercampur aduk dengan rasa takut. Namun, rasa penasaran menang. Aku
menceburkan diri dari perahu (tepatnya diceburkan. Kakiku ditarik sama
Bastiaan). Rasanya amazing! Mengambang di permukaan air meski dengan bantuan
jaket pelampung, bergaya seperti perenang dengan menggerak-gerakkan kaki, duh
lebay pakai banget deh! Tapi, itu cuma bertahan belasan menit. Ketika kaki
mulai berasa ada yang aneh, terpaksa aku harus naik ke atas perahu.
Teman-teman
masih asyik dengan aktivitas mereka. Berenang, berpegangan di cadik, snorkeling,
dan sebagainya. Mengobok-obok air itu memang menyenangkan seperti bahagianya
menyanyikan lagu Joshua. Yang tidak menyenangkan itu kamu yang mengobok-obok
hati, tapi enggan menetap di hati. Eh! Setelah dirasa cukup puas bermain air
laut dan waktunya memang sudah hampir jam makan siang, perjalanan dilanjutkan
ke Pulau Pahawang Kecil. Sempat juga kami singgah di pantai. Bukan blogger
kalau tidak foto-foto, ya. Puas rasanya bermain air, bermain pasir, foto-foto,
dan khusus aku… berburu cangkang kerang! Kebiasaan dari kecil kalau ke pantai
pasti ngubek pasir cari cangkang kerang.
Sampailah
kami di dermaga Pulau Pahawang. Hal pertama yang menarik pemandanganku adalah
pondok-pondok kayu dan pasir putih. Tidak terlalu besar dermaganya. Pengunjung
pun tidak terlalu banyak. Ada beberapa rombongan, yang ketika kutanya ada dua
perahu rombongan dari Bogor. Inilah surga! Menurutku, pulau kecil dengan pasir
putih dan kualitas terumbu karangnya yang oke punya inilah nilai plus Pulau
Pahawang. Mau cari colokan listrik? Ah, pokoknya siap-siap bawa power bank yang
banyak kalau ke sini. Di pulau ini tidak ada fasilitas listrik dari PLN. Warga hanya memakai jenset. Itu pun
dinyalakan saat malam hari saja. TV? Mereka tidak menonton televisi.
“Dari
mana mereka dapat informasi di luar?” tanya Bundcha saat berbincang dengan Pak
Sinek Kurniawan dan Mbak Mayang Djausal serta beberapa anggota komunitas Diving
Lampung.
“Warga
malah senang tidak ada TV di sini. Anak-anak tidak terkontaminasi hal yang
jelek. Masalah informasi, internet solusinya. Mereka bisa tahu dunia luar lewat
HP,” jelas Mbak Mayang, diver berhijab dan berwajah cantik ini. Aku
manggut-manggut dan membenarkan apa yang dikatakan oleh Mbak Mayang. Biarlah
Pulau Pahawang tetap seperti ini dan dijaga terus kemurniannya.
Tertarik
eksplor Pulau Pahawang, teman? Yuk, agendakan waktumu mengunjungi pulau-pulau
indah di Indonesia, salah satunya adalah Pulau Pahawang di Lampung! Selamat
jalan-jalan!
didib.. ayo kita main air lagi hehehe
BalasHapusKangen ,,pengen ke Pahawang lagi hehe.
BalasHapusSaya gak bisa berenang tapi air laut Pahawang, memanggil..
BalasHapuswow...seru yaa kegiatan snorklingnya, ternyata yg nggak bisa berenang bisa juga menyelam hehehe
BalasHapussukanya ngintipin ya.. hihi
BalasHapuskangen kan sm pahawang