Istilah mangkrak tak
asing lagi di telinga saya. Nah, kalau ndlosor? Saya baru mendengar
istilah ndlosor pada tanggal 1 Desember 2017 kemarin, saat acara Temu
Nasional Pengadaan Indonesia di Jakarta, 30 November-1 Desember 2017. Istilah ndlosor disampaikan
oleh Hery Suroso, Dewan Pendiri Pusat Pengkajian Pengadaan Indonesia (P3I).
Ndlosor
ini artinya turun tajam. Dalam proses pengadaan, ndlosor berarti harga
lelang yang turun tajam atau dalam istilah lain disebut harga bantingan. Lelang
yang ndlosor ini perkara yang serius dan akan berimbas kepada hasil penyelesaian
suatu pekerjaan/proyek.
Bagaimana tidak,
penyedia barang akan menawarkan harga paling rendah, tanpa memikirkan apakah
harga itu sesuai tidak dengan kualitas barang/jasa yang ditawarkan. Biasanya
lelang ndlosor ini terjadi pada pengadaan kontruksi. Sederhananya
begini: Misal, saya perlu membuat sebuah rumah di Banjarmasin. Pondasi yang diperlukan
adalah kayu ulin. Namun, pemborong (tukang bangunan) malah menawarkan dengan
harga “hemat”. Pemborong membuat pondasi dengan jenis kayu lain yang
kualitasnya di bawah kayu ulin. Memang sih lebih murah, tapi kualitasnya
kurang.
Mengapa lelang ndlosor
ini menjadi fenomena? Ya, karena perusahaan, yang penting bisa memenangkan
lelang. Perihal ke depannya bagaimana, itu urusan belakang. Sementara, bagi
para pokja, yang penting proyek berjalan dengan harga minim atau terendah meski
di bawah 80% dari Harga Perkiraan Sendiri (HPS).
Masalah inilah yang
menjadi perhatian Pusat Pengkajian Pengadaan Indonesia. Sesuatu yang keliru,
tapi dianggap wajar, haruslah segera dibenahi. Jika dibiarkan, kerugian
material dan waktu semakin banyak.
Berdasarkan Permen PU 31 Tahun 2015 pasal 6c, untuk penawaran yang
nilainya di bawah 80% HPS, wajib dilakukan evaluasi kewajaran harga agar proyek
berjalan normal dan tidak mangkrak. Caranya dengan mengecek seluruh dokumen
harga dan upah yang ditawarkan. Memang harus dicek dan dievaluasi dengan
teliti. Dokumentasi dan pencatatan yang lengkap diperlukan dalam proses evaluasi,
baik itu komponen biaya langsung maupun tidak langsung, seperti biaya
pengawasan dan staf lapangan, administrasi kantor lapangan, konstruksi, transportasi,
konsumsi, keamanan, keselamatan kerja, dan sebagainya.
P3I Sebagai Lembaga
Pengkajian dan Studi Pengadaan Barang/Jasa
Pusat Pengkajian
Pengadaan Indonesia (P3I) didirikan atas prakarsa beberapa pengajar
bersetifikat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang bernaung di bawah bimbingan
LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah) pada tahun 2012. P3I
bukanlah wadah yang mengejar profit (keuntungan) semata, melainkan menjadi
tempat untuk saling sharing potensi dan keinginan dalam memperbaiki
pengadaan di Indonesia.
Peserta Temu Nasional Pengadaan Indonesia 2017 |
Selain mengadakan
berbagai pelatihan, P3I juga melakukan pendampingan dalam beberapa pengadaan
barang/jasa. Seberapa pentingkah pendampingan P3I dalam proses pengadaan
barang/jasa? Penting sekali karena banyak Pokja ULP/Panitia Pengadaan serta
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang terkena kasus pengadaan. Sebab terkena
kasus, antara lain memang bersalah karena adanya pesanan pimpinan. Sebab
lainnya adalah banyak Pokja yang belum paham aturan serta pelaksanaan pengadaan
barang/jasa secara menyeluruh. Tentu saja pendampingan ini bukan saat terkena
kasus, melainkan melakukan pendampingan sejak awal tahapan pengadaan
barang/jasa.
Tak
tanggung-tanggung, sumber daya manusia P3I berasal dari berbagai kalangan dan
berkompeten, antara lain dari kalangan praktisi Perguruan Tinggi,, Pemerintah
Daerah, Pekerjaan Umum (PU), kesehatan, pendidikan, auditor, ahli IT, konsultan
internasional, dan lain-lain. Semoga dengan adanya P3I ini, pengadaan
barang/jasa di Indonesia semakin baik dan menghasilkan sesuatu yang positif.
Proyek-proyek sejenis itu kayak rumit banget ya mbak, banyak dari kita yg akhirnya masa bodo yg penting terlaksana, tanpa tau ada apa di belakang layar. Hmmm.
BalasHapusBTW mbak Edib itu dibuat justify deh, biar rapi.
Saya jadi ingat kalau kualitas bahan bangunan di perumahan gitu mbak Edib. Baru beli satu tahun udah keropos aja kayu2nya. kayak yang dibeli mbahku. Sedih
BalasHapus